Senin, 26 Desember 2016

Kajian Stilistik dan Semantik pada puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono

Dalam esai ini saya akan membahas tentang puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono puisi ini ditulis oleh sang penyair sangat menyentuh dengan kata-kata yang sederhana namun maknanya sangat luar biasa ini dengan menggunakan kajian Stilistika dan Semantik. Secara etimologis stylistics berkaitan dengan style (dalam bahasa inggris). Style artinya gaya, dengan demikian stylistics dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya” (Kutha Ratna, 2013:1). Style diindonesiaan dengan diadaptasikan menjadi ‘stile’ atau ‘gaya bahasa’, istilah stylistics juga dapat diperlakukan sama, yaitu diadaptasi menjadi stilistika (Nurgiyantoro, 2014:74).
Kajian Stilistika Berasumsi pada pengertian stilistika, maka yang menjadi objek kajian stilistika dimaksudkan untuk menjelaskan fungsi keindahan penggunaan bentuk kebahasaan tertentu mulai dari aspek bunyi, leksikal, struktur, bahasa figuratif, sarana retorika sampai grafologi. Selain itu, kajian stilistika juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal apa serta bagaimana pengarang mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk memperoleh efek khusus (Nurgiyantoro, 2014: 75-76).
Istilah semantik dalam bahasa inggris semantics berasal dari bahasa yunani sema yang berarti tanda atau lambang. Tanda atau lambang yang dimaksud dalam istilah itu ialah tanda atau lambang linguistik berupa fonem atau fonem-fonem (Suhardi, 2003:1) dalam esai ini saya merujuk fonem dalam puisi “Hujan Bulan Juni”. Bentuk kebahasaan  yang berupa fonem atau urutan fonem itu sering disebut (signifiant):bunyi atau urutan bunyi yang dipakai untuk menandai konsep, gagasan, ide, atau pengertian tertentu yang sering disebut pertanda dan yang ditandai. Maka konsep, ide, gagasan, pengertian yang berada secara padu bersama satuan kebahasan yang menjadi penandanya dengan mengusung bentuk, makna, referen, arti, dan maksud dengan memperhatikan relasi serta bentuk makna dan medan makna. (Suhardi, 2003)
Analisis setilistika dan Semantik puisi Hujan Bulan Juni 

HUJAN BULAN JUNI
Sapardi Djoko Damono
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni  
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Dapat kita lihat dengan jelas bahwa makna ketabahan seseorang yang merindukan kekasih hatinya namun disembunyikan dan tidak diungkapkan.  Makna yang tersirat disetiap kata yang ia tuangkan dalam kalimat membuat sajak yang luar biasa syarat akan makna. Penyair benar-benar mampu memilih setiap katanya, menempatkan setiap kalimat membubuhkan paragraf dalam puisi yang sangat indah sehingga siapa saja yang membaca mudah untuk memahaminya. Bahwa sebuah kerinduan yang dia simpan dengan cinta yang tulus itu nyata meski tidak diungkapkan.
  Hasil analisis ketiga unsur yaitu unsur leksikal berupa bentuk sederhana pada analisis berdasarkan tema.Tema pada puisi “Hujan Bulan Juni” adalah kerinduan. Tema puisi dianalisis berdasarkan ketiga unsur, yaitu unsur leksikal, unsur rima, dan unsur majas yang terdapat pada puisi.
Unsur bunyi dalam puisi, pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagi berikut. Dilihat dari segi bunyi itu sendiri dikenal adanya sajak sempurna, sajak paruh, aliterasi, dan asonansi. Dari posisi kata yang mendukungnya dikenal adanya sajak awal, sajak tengah, (sajak dalam), dan sajak akhir. Berdasarkan hubungan antar baris tiap bait dikenal adanya sajak merata (terus), sajak berselang, sajak berangkai, dan sajak berpeluk. Kadang-kadang berbagai macam perulangan bunyi (persajakan) tersebut dapat ditemukan dalam sebuah puisi.
Rima yang terdapat puisi di atas adalah a-a-b-b. bisa kita lihat dari bait pertama puisi “Hujan Bulan Juni”

tak ada yang lebih tabah         a
dari hujan bulan juni               a
dirahasiakannya rintik rindunya         b
kepada pohon berbunga itu                b

Anafora pada puisi Hujan Bulan Juni sangat tampak dan dominan. Dalam puisi tersebut banyak menggunakan pengulangan kata, misal pada baris pertama, kedua, dan ketiga menggunakan lari-larik serupa seperti pada kutipan sajak berikut ini: / tak ada yang lebih tabah/dari hujan bulan juni (bait pertama), /tak ada yang lebih bijak / dari hujan bulan juni (bait kedua), / tak ada yang lebih arif/ dari hujan bulan juni (bait ketiga)

Metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tida mempergunakan kata-kata perbandingan, seperti tak ada yang lebih dan sebagainya. Seperti yang terdapat di dalam  puisi “Hujan Bulan Juni” Sapardi Djoko Damono.
Puisi tersebut menjelaskan bahwa cara untuk mencintai dan merindukan dapat diwujudkan dengan kata yang tak sempat diucapkan ........begitu juga dengan bait selanjutnya.

Sebuah kata itu mempunyai dua aspek arti, yaitu denotasi, ialah artinya yang menunjuk dan konotasi, yaitu artinya tambahan. Denotasi sebuah kata adalah definisi kamusnya, yaitu pengertian yang menunjuk benda atau hal yang lain diberi nam kata itu, disebutkan atau diceritakan. Bahasa yang denotative adalah bahasa yang menunjuk kepada korespondensi satu lawan satu antara tanda (kata itu) dengan (hal) yang ditunjuk. Dalam puisi “Hujan Bulan Juni”/ dirahasiakannya rintik rindunya/kepada pohon berbunga itu/. Dalam puisi tersebut kata sajak dijadikan sebuah ungkapan kerinduan yang mendalam.

Barfield mengemukakan bila kata-kata dipilh dan disusun dengan cara yang sedemikan rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis. Jadi, diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan, untuk mendapatkan nilai estetik. Untuk ketepatan pemilihan kata seringkali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali, yang dirasa belum tepat, bahkan meskipun sajaknya telah dipublikasikan, sering kali diubah kata-katanya untuk ketepatan dan kepadatannya. Bahkan ada baris atai kalimat yang diubah susunannya atau dihilangkan.

Kamis, 21 Januari 2016

Bukit Andong

Angin pelan-pelan saja bergerak, desisnya terdengar lirih. Awan bergejolak dibawah sana, menggumpal bagai busa kapas berhamburan. Aku bagai di negeri atas awan.
Cemara melambai-lambai. Dedaunan yang ranum semerebak, harum alam.
Ladang hijau semua, sepenuhnya isi sayuran. Kubis, cabai, brokoli, wortel, kentang juga, dan mungkin masih banyak lainnya.
Aku suka disini. Suasananya damai, menentramkan.


Tepat dibawah bukit rintik hujan pelan-pelan saja turun. Dari kaca jendela terlihat bulir-bulir kecil menempel satu dua.
Daun-daun cemara mulai basah hingga rantingnya. Hawa dingin perlahan menembus kekulit. Tapi tak apa. Tak masalah untukku, karena dia ada disini. Aku aman.

Satu dua orang berhenti di tepian jalan, pakai mantel, ada juga yang menikmati suasana hujan.
Muda mudi berpasangan saling bergoncengan, tak perduli dengan hujan yang makin deras berjatuhan.
Aku bilang “Aku mau disini, aku tak mau pulang”.
“Jangan, nanti ada waktunya kita berlama-lama menikmati alam” bujuknya pelan.
Angin terasa makin kencang, aku hanya duduk diam memperhatikan sekitar.



Jatuh cintaku
Pada malam,siang,Pagi,hutan,laut,Pantai,alam, yang ada padamu
yang ada pada dirimu
Dan dalam dekapmu
setiap hari aku jatuh cinta.

DIA (Kado dari Tuhan)


Dia kelihatan lelah, Na. Tapi, sepenuhnya dia menutupi.
Senyumnya selalu membuatku percaya. Tidak terkecuali ketika dia berusaha baik-baik saja.
Mungkin aku yang jahat padanya. Atau mungkin ….
***
Malam ini hujan turun deras sekali. Aku tak bisa tidur. Aku teringat dia, Na.
Yang selalu penuh kejutan.
Dia seperti malaikat untukku, meski kadang menjengkelkan. Ya, Malakait baik yang menjengkelkan. Kau tau kan.
Sebenarnya aku cemburu. Iya, aku cemburu pada semua yang ada dekat dengannya. Baju yang melekat pada tubuhnya, selimut yang
membuatnya hangat malam ini, kasur, cahaya lampu, dan semuanya. Harusnya aku yang di sana. Harusnya aku yang menghangatkan tubuhnya, harusnya aku juga yang ada disampingnya.

Dia  paling mengerti aku.
Malam minggu bulan lalu. Sehabis dari toko buku kami mampir di sebuah toko sebrang toko buku. Aku lihat kotak music yang sering kita bicarakan. Aku bilang, “Aku mau ini”. Tapi dia bilang “Enggak, buat apa”.
Tapi,tau kah kau?!  di hari ulang tahunku dia memberikannya untukku. Aku tak bisa menahan bahagiaku. Dia bilang “ini aku, itu kamu” sambil dia menunjuk dua miniatur di kotak music. Aku selalu mengingat saat itu.
Setiap aku ingin tidur aku selalu memainkan kotak music ini. Tak terkecuali malam ini.

Sekarang sudah pukul 01.00 a.m
Hujannya masih belum reda, aku belum juga ngantuk.




Aku buka folder foto di laptop.
Foto ini ketika kami camping di bukit dekat pantai. Lihat, dia manis sekali kan. Senyum itu milikku, hanya untuukku.

Aku mencintainya, Na. Sangat. Jadi, jangan pernah kau berpikir aku membencinya.
Jangan sekali-kali kau berusaha memisahkan kami.
Pun, aku takut kehabisan waktu.









“Selamat tidur, moga tidurmu nyenyak pagi ini”